
“Yang bersangkutan mengunggah nilai rata-rata 100, padahal setelah diverifikasi, nilai aslinya adalah 88. Sementara passing grade yang ditetapkan adalah 93,51,” jelasnya.
“Secara logika, meskipun semua nilai 99, belum tentu bisa menghasilkan rata-rata 100. Jadi bukan hilang, tapi tidak lolos karena data yang diinput tidak valid,” tegas Husni.
Lebih lanjut, ia mengimbau agar para orang tua atau wali murid tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum jelas sumber dan kebenarannya.
Pihak sekolah, kata Husni, terbuka untuk berdialog dan memberikan klarifikasi atas segala hal yang berkaitan dengan proses penerimaan siswa.







