
Sementara, menurut, Founder Majelis Insan Cita, Mochamad Aripin, ada sejumlah hal yang bisa menentukan pemilih dalam Pilkada Purwakarta akan kembali memilih petahana.
Diantaranya, kata dia, karena inovator pembangunan, karena petahana pemimpin bersahaja, tegas dalam membuat keputusan, dan petahana dianggap pemimpin yang kharismatik.
“Selain itu, persepsi dan sikap politik masyarakat pemilih petahana juga dikonstruksi oleh empat faktor, yakni; produk kebijakan publik, efektifvitas dukungan partai politik, dukungan birokrasi, dan dukungan organisasi atau kelompok masyarakat,” ucap Mochamad Aripin, belum lama ini.
Namun demikian, menurut pendiri lembaga yang menyajikan materi tentang sosial, agama, politik, hukum dan ekonomi itu, petahana juga tidak bisa mengesampingkan kompetitor atau calon alternatif yang nantinya digadang-gadang bakal maju dalam pencalonan di Pilkada Purwakarta, diantaranya yang berasal dari kader partai.
Lalu, sambung Aripin, berkaitan denga peluang calon lain dalam Pilkada Purwakarta. Kata Aripin, peluang dalam politik itu pasti ada, berbicara peluangnya besar atau kecil bisa dilihat sejauh mana kompetitor tersebut melakukan safari sosial dan safari politiknya.
“Kompetitor atau calon alternatif bisa melawan petahana setidaknya harus mempunyai kekuatan yang sama baik secara personal maupun relasi. Agar modal kompetitor tersebut tidak hanya berlatarbelakang sebagai kader partai saja,” tutur Aripin.(Gin)