“Televisi sudah hancur, jendela rumah pernah didobraknya, dan Habibi kerap melarikan diri tanpa arah. Bahkan, saat mendengar orang menangis, ia justru semakin berontak,” ungkap Idoh, ibunda Habibi.
Kekuatan fisik Habibi juga disebut melebihi anak seusianya. Dalam kondisi tertentu, keluarga bahkan terpaksa menggunakan pengikat sebagai upaya terakhir, bukan sebagai bentuk kekerasan, melainkan untuk mencegah Habibi melukai diri sendiri maupun orang lain.
Lebih menyedihkan lagi, orang tua Habibi sudah habis-habisan menjual barang-barang berharga mereka untuk membiayai operasi dan pengobatan Habibi. Mereka kini hanya bisa mengandalkan niat baik dan kepedulian dari berbagai pihak untuk melanjutkan perawatan Habibi.
Kini, kondisi keluarga semakin berat karena ayah Habibi mengalami stroke ringan, diduga karena beban pikiran memikirkan kondisi anaknya yang tak kunjung membaik. Sang ibu kini harus merawat dua orang sekaligus: Habibi dan suaminya yang sakit.
Kunjungan yang dilakukan oleh Bela Purwakarta ini menjadi bentuk kepedulian dan dukungan moral kepada keluarga Habibi, yang selama bertahun-tahun berjuang dengan segala keterbatasan.