Pasca tindakan medis tersebut timbul perilaku aneh dari Habibi. Ia menjadi beringas, segala yang berada di sekitarnya dia rusak bahkan tidak jarang menyakiti orang orang di sekitarnya. Sejumlah perabot rumah hancur.
Masyarakat di sekitarnya menjadi merasa terancam dengan perilaku brutal Habibi. Sehingga demi Keselamatan Bersama, orang tua Habibi mengikat kakinya dalam Situasi Tertentu. Kondisi ini berlangsung bertahun tahun hingga berita ini dimuat.
Pihak orang tua sudah tidak memiliki daya upaya lagi untuk meneruskan pengobatan. Praktis keluarga ini memasuki Era Kemiskinan Baru, bahkan Sang Ayah kini menderita Stroke akibat beban fikiran yang berkepanjangan, walhasil Sang Ibu pun praktis harus merawat 2 orang sekaligus : Habibi dan Ayahnya Habibi.
Bela Purwakarta, wadah silaturahmi lintas elemen masyarakat yang selama ini konsen di issue Kemanusiaan, merespon aduan terkait kondisi tersebut dari tetangga Habibi dan langsung melaksanakan kunjungan pada Selasa 8 April 2025.
Founder Bela Purwakarta, Aa Komara hadir bersama sejumlah Aktivis di antaranya Uu Wijaya dari PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) Kabupaten Purwakarta, Nono Maryono, Sekretaris Forum Bela Negara Republik Indonesia (FBN-RI) Kabupaten Purwakarta, Chintia Aristi Aprianti (Cea) dari Komunitas Seni Muralis dan Painting Class, Bro Heri dari SATGAS PGRI Kabupaten Purwakarta, Aa Boriel Humas Bela Purwakarta, Rudi Simangprang dari Komunitas MRP (Masyarakat Relawan Purwakarta) Korwil Kecamatan Tegalwaru, serta perwakilan dari Ormas Gibas Kabupaten Purwakarta dan Ormas Grib Jaya Kabupaten Purwakarta.