
Penamaan wilayah di Purwakarta juga memperlihatkan filosofi kearifan lokal Sunda yang menjadikan air bukan hanya sebagai sumber kehidupan, tapi juga sebagai panduan dalam membangun peradaban.
Dahulu, mendirikan rumah dimulai dari membuat sumur. Bahkan, kampung adat pun dibangun di sekitar mata air, sungai, atau susukan, sungai buatan yang dibuat untuk mengalirkan air.
Lebih jauh lagi, penamaan “Ci” sering kali merujuk pada kejadian atau kondisi faktual yang menjadi penanda unik sebuah tempat. Ciri-ciri alam seperti letak geografis, tumbuhan khas, warna air, atau bentuk tanah menjadi dasar utama dalam pemberian nama.
Dengan demikian, nama-nama tempat berawalan “Ci” bukan sekadar label administratif. Ia adalah narasi ekologi dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.