
Budaya Ngapak kini bahkan menjadi kekuatan soft power yang diangkat dalam banyak konten kreatif dan promosi daerah. Sementara itu, meskipun Purwakarta menyimpan kekayaan tradisi dan seni lokal, belum ada upaya masif untuk menjadikan budaya sebagai elemen utama dalam narasi pembangunan daerah.
Refleksi Pembangunan: Bukan Hanya Potensi, Tapi Juga Narasi
Kisah kontras antara dua daerah ini menjadi pengingat penting bahwa pembangunan daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi ekonomi atau geografis, tetapi juga oleh kekuatan narasi, komunikasi publik, dan strategi positioning.
Tanpa branding yang kuat, daerah seperti Purwakarta bisa tertinggal dalam kompetisi nasional, meskipun memiliki semua prasyarat untuk berkembang pesat.
Sebaliknya, Purwokerto membuktikan bahwa konsistensi dalam membangun identitas, mengangkat keunikan lokal, dan memperkuat hubungan dengan pemerintah pusat dapat menjadi kunci untuk masuk dalam peta besar pembangunan nasional.
Kini, tantangan bagi pemerintah daerah seperti Purwakarta adalah bagaimana membangun citra, memperkuat daya tarik budaya, serta berani menjadi bagian dari percakapan nasional tentang masa depan Indonesia. (*)