Purwakarta dan Purwokerto: Nama Mirip, Nasib Pembangunan yang Berbeda

(Kiri) Patung Badak Situ Buleud di Purwakarta. (Kanan) Menara Pandang Teratai di Purwokerto. Foto: Istimewa.

Budaya Ngapak kini bahkan menjadi kekuatan soft power yang diangkat dalam banyak konten kreatif dan promosi daerah. Sementara itu, meskipun Purwakarta menyimpan kekayaan tradisi dan seni lokal, belum ada upaya masif untuk menjadikan budaya sebagai elemen utama dalam narasi pembangunan daerah.

Refleksi Pembangunan: Bukan Hanya Potensi, Tapi Juga Narasi

Kisah kontras antara dua daerah ini menjadi pengingat penting bahwa pembangunan daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi ekonomi atau geografis, tetapi juga oleh kekuatan narasi, komunikasi publik, dan strategi positioning.

Baca Juga:  Anne Ratna Mustika Buka Kejuaraan Pencak Silat Bupati Cup Purwakarta Open 2022

Tanpa branding yang kuat, daerah seperti Purwakarta bisa tertinggal dalam kompetisi nasional, meskipun memiliki semua prasyarat untuk berkembang pesat.

Sebaliknya, Purwokerto membuktikan bahwa konsistensi dalam membangun identitas, mengangkat keunikan lokal, dan memperkuat hubungan dengan pemerintah pusat dapat menjadi kunci untuk masuk dalam peta besar pembangunan nasional.

Kini, tantangan bagi pemerintah daerah seperti Purwakarta adalah bagaimana membangun citra, memperkuat daya tarik budaya, serta berani menjadi bagian dari percakapan nasional tentang masa depan Indonesia. (*)

Baca Juga:  Hari Pers Nasional 2023, Kapolres Purwakarta Sebut Pers Mitra Strategis Polisi