
“Untuk makan sehari-hari saja susah, apalagi buat sekolah,” tambah Emis lirih.
Fikri sejak bayi tinggal bersama nenek dan kakeknya. Kedua orang tuanya masih hidup, namun kondisi ekonomi yang serupa membuat mereka tidak mampu menanggung biaya pendidikan maupun kebutuhan hidup Fikri.
Situasi ini mencerminkan potret persoalan sosial yang kerap terjadi pasca penggusuran, terutama saat solusi hunian pengganti dan jaminan kelangsungan hidup tidak diberikan secara memadai.
Warga sekitar berharap ada perhatian dari pemerintah daerah maupun pihak terkait, khususnya dalam hal penyediaan tempat tinggal yang layak dan dukungan pendidikan bagi anak-anak terdampak seperti Fikri.
“Kami tidak minta banyak. Cuma ingin bisa tinggal dengan tenang dan Fikri bisa sekolah,” harap Emis. (*)