Ia sering kabur dari rumah, berlari dengan kecepatan luar biasa, melempar benda-benda, dan tidak mengenal bahaya. Televisi sudah hancur, jendela rumah pernah didobraknya, dan ia kerap melarikan diri. Bahkan, ketika mendengar orang menangis, Habibi justru semakin berontak. Kekuatan fisiknya pun seperti anak yang jauh lebih besar usianya.
Di tengah keterbatasan dan kepiluan ini, orang tua Habibi menunjukkan kegigihan luar biasa. Mereka tak pernah menyerah dalam merawat dan mencari pengobatan terbaik untuk anaknya.
Meskipun lelah fisik dan mental, mereka tetap teguh menjaga Habibi. Mereka telah berupaya menciptakan lingkungan rumah yang seaman mungkin, dengan mengamankan benda-benda tajam dan rapuh.
Orang tua dan kerabatnya juga bergantian menjaga Habibi siang dan malam, mencoba berbagai cara untuk menenangkannya. Kadang mereka mencoba membacakan dongeng, menyanyikan lagu-lagu anak, atau mengajaknya bermain dengan mainan kesayangannya. Mereka juga mencoba memberikan sentuhan fisik yang menenangkan, seperti mengelus rambut atau memeluk Habibi dengan lembut.