Ikatan Kasih: Kisah Habibi, Bocah Pengidap Hidrosefalus yang Terpaksa Diikat

Namun, seringkali usaha mereka sia-sia, karena Habibi sulit dikendalikan saat emosinya memuncak. Penggunaan ikatan pun dilakukan sebagai upaya terakhir, bukan sebagai bentuk kekerasan, melainkan sebagai langkah untuk mencegah Habibi melukai dirinya sendiri atau orang lain.

Pasangan dari Mustakim (61), Idoh (43), diikat tidak setiap hari, hanya ketika sedang darurat emosi dari Habibi sedang tinggi. Suaminya saat ini sakit stroke ringan, jadi Idoh juga harus mengurus anak dan suami yang sakit.

Orang tuanya juga aktif mencari informasi dan dukungan dari berbagai pihak, berharap menemukan solusi terbaik untuk kondisi Habibi. Meskipun beban yang mereka tanggung sangat berat, cinta dan kasih sayang mereka kepada Habibi tetap tak tergoyahkan.

Baca Juga:  Sentuhan Kasih untuk Habibi: Anak Pejuang Kecil di Tengah Keterbatasan

Inilah yang membuat orang tua Habibi terpaksa mengambil keputusan berat: mengikat Habibi. Bukan karena kejam, melainkan karena kondisi Habibi yang sangat mengkhawatirkan.

Semua ini dilakukan sebagai upaya terakhir untuk melindungi Habibi dan lingkungan sekitarnya. Orang tuanya, yang memiliki BPJS dan rutin membawa Habibi berobat, telah berusaha semaksimal mungkin. Namun, mereka membutuhkan bantuan lebih banyak lagi.

Kisah Habibi menyayat hati. Ia membutuhkan uluran tangan dari siapa pun yang peduli untuk membantu meringankan beban penyakitnya. Semoga ada keajaiban yang datang untuk Habibi, bocah kecil yang semangat hidupnya patut diacungi jempol. Mari kita doakan kesembuhannya dan bantu meringankan beban orang tuanya. (*)

Baca Juga:  Bela Purwakarta Usung Rekomendasi Untuk Gempa Cianjur dan Bencana Nasional