Tidak hanya dari masakan yang dimasak sendiri, tetapi juga dari makanan yang didapat sebagai kiriman dari tetangga dan kerabat. Semua makanan ini kemudian dicampur menjadi satu hingga teksturnya cenderung lembek dan berwarna kehitaman.
Secara filosofis, Bibiye mengajarkan pentingnya menghargai makanan dan menghindari pemborosan. Dalam Islam sendiri, membuang makanan yang masih layak konsumsi dianggap sebagai perbuatan mubadzir atau berlebihan, yang tidak disukai.
Oleh karena itu, Bibiye menjadi salah satu solusi kreatif dalam mengolah sisa makanan agar tetap bisa dinikmati tanpa terbuang sia-sia.
Tradisi membuat Bibiye mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga nilai kebersamaan dan menghormati rezeki yang telah diberikan.
Bagi sebagian masyarakat, cita rasa khas dari makanan ini juga menghadirkan kenangan tersendiri, mengingatkan mereka pada masa kecil dan kehangatan keluarga saat Lebaran. (*)