
Gus Halim mengungkapkan, mulai dekade 1970-an, pesantren menjadi pusat inovasi pertanian desa. Bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pembangunan desa, pesantren kerap memunculkan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
“Saat itu kerja sama pesantren, dan LSM dalam pembangunan desa bisa menghasilkan berbagai produk pertanian berkualitas mulai dari varietas bibit terbaru, tata cara bercocok tanam mutakhir, hingga pengelolaan usaha tani yang lebih efisien,” ujar Abdul Halim Iskandar.
Saat itu, kata Mendes PDTT, warga desa tidak mudah menerima perubahan, namun berbagai inovasi baru tersebut mula-mula diterapkan di lahan-lahan pesantren.
Saat terbukti meningkatkan hasil panen, maka perlahan-lahan inovasi tersebut diterima secara luas warga desa.
“Kami berharap pola-pola tersebut bisa kembali diterapkan dalam arti pesantren menjadi pusat inovasi kemajuan desa,” kata Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar.
Gus Halim yang pernah menjabat Ketua DPRD Jawa Timur mengungkapkan, berdasarkan data BPS, pada tahun 2018 ada 28.961 pesantren tersebar di 14.020 desa.