
Serangga mengandung protein, lemak, vitamin, serta mineral penting seperti zat besi dan seng, sehingga berpotensi menjadi alternatif pengganti daging yang bernilai gizi tinggi.
Selain itu, serangga juga memiliki efisiensi konversi pakan yang baik, kebutuhan lahan dan air yang rendah, serta emisi gas rumah kaca yang minimal menjadikannya sumber pangan yang sangat ramah lingkungan.
Untuk meningkatkan penerimaan konsumen, serangga perlu diolah menjadi bentuk yang lebih familiar, seperti tepung protein. Pendekatan ini mengurangi hambatan psikologis seperti rasa jijik atau neofobia terhadap bentuk serangga utuh.
Proses produksi tepung meliputi pemanenan, sterilisasi, pengeringan, penghilangan lemak, dan penggilingan hingga menjadi bubuk homogen yang dapat ditambahkan pada produk pangan umum seperti roti, biskuit, pasta, atau snack bar.







