
Menurut Abdul Halim Iskandar, pesantren-pesantren ini berpotensi menggerakan sektor ekonomi desa. Biasanya setiap pesantren memiliki lahan atau kolam yang diolah para santri.
Tak jarang, kata Mendes PDTT, warga desa turut menggarap lahan-lahan pesantren. Hasil garapan yang berlebih juga dijual ke pasar lokal, selain pesantren juga menjadi pasar bagi masyarakat desa sekitar pesantren.
“ini pasti, sekitar pesantren pasti tumbuh subur usaha-usaha masyarakat, mulai dari penjual makanan, pakaian, alat tulis, kitab, dan semacamnya, semuanya untuk kebutuhan santri,” ujar Gus Halim, yang dibesarkan di pesantren.
Bagi desa, lanjut Abdul Halim Iskandar, pesantren menopang pencapaian tujuan SDGs Desa ke-4; Pendidikan Desa Berkualitas, serta tujuan SDGs Desa ke-18: Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.
“Dengan demikian, pesantren dan santri adalah penyangga kualitas SDM, menggerakkan ekonomi desa, pesantren menunjang dinamika kelembagaan desa dan menopang budaya desa”, ujar Mendes PDTT.***